Read More.. .breadcrumbs {padding: 5px 5px 5px 0px; margin: 0px 0px 15px 0px; font-size:95%; line-height:1.4em; border-bottom:3px double #e6e4e3;} -->

Rabu, 26 Oktober 2011

Kothek Lesung



K
esenian merupakan salah satu perwujudan bangsa Indonesia yang mempunyai ciri khas dari gambaran kehidupan masyarakat Indonesia. Kesenian tradisional merupakan salah satu perwujudan jati diri bangsa Indonesia yang dapat memberikan gambaran kehidupan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu upaya untuk menunjukkan jati diri bangsa Indonesia adalah dengan melestarikan kesenian tradisional, seperti kothekan lesung.
Aktivitas bertanam padi yang berlangsung dari generasi ke generasi ini melahirkan teknologi pengolahan hasil panen sebelum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Mulai dari menyemai benih padi, menanam padi, memanen, mengolah hasil, dan pemanfaatan hasil panen.
Aktivitas menumbuk padi dilakukan oleh kaum perempuan atau ibu-ibu pada umumnya. Ketika padi telah dituai, masyarakat melakukan proses penumbukan padi, kemudian dimasak untuk dimakan bersama keluarga. Oleh karena adanya proses penumbukan padi.
Dengan menggunakan alu dan lesung, maka lahirlah kothek lesung tersebut. Hal ini merupakan sebuah hiburan bagi kaum perempuan, agar supaya tidak terlalu terasa lelahnya pada saat menumbuk padi. Kothek adalah pukulan alu terhadap lesung yang menghasilkan suara atau bunyi yang merdu, sehingga terciptalah seni dari kothekan yang disebut dengan kothekan lesung.
Jenis kesenian kotekan lesung muncul pada budaya masyarakat agraris. Pada kesenian kothek lesung, pada awalnya lesung adalah sebagai sebuah alat untuk memproses padi menjadi beras.
Kegiatan menumbuk padi dan bermain kothek lesung biasanya dilakukan di halaman depan atau halaman belakang rumah, biasanya dekat dengan rumah di mana padi disimpan (lumbung padi). Kothek lesung dapat dimainkan pada waktu siang maupun malam hari dengan sinar terang bulan.
Pada jaman dahulu biasanya seorang kepala desa pasti mempunyai lesung yang paling besar. Oleh karena itu pada waktu menumbuk padi, tanpa diundang warganya langsung datang membantu menumbuk padi, dan biasanya warganya lebih dari 4 orang. Selain sebagai alat untuk menumbuk padi, dahulu lesung juga berfungsi untuk memanggil anggota keluarga yang berada dari luar rumah. Masing-masing keluarga mempunyai kode sendiri dan selalu berbeda satu dengan yang lain. Perbedaan suara lesung terjadi karena bahan dan ukuran yang berbeda-beda, sehingga suara yang dihasilkan berbeda pula.
Lesung kemudian berkembang, dan akhirnya tercipta pula sebuah permainan seni musik yang disebut kothek lesung. Dan permainan kothek lesung yang selalu menyertai aktivitas menumbuk padi pun sedikit demi sedikit semakin ditinggalkan masyarakatnya.
Upaya pelestarian kesenian kothek lesung adalah dengan melibatkan masyarakat, yaitu kreativitas yang diciptakan oleh seniman atau pelaku seni kothek lesung, dukungan pelestarian dan pengembangan dari pemerintah selaku pembina dan pengelola seni, serta hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat selaku penikmat seni.

Gejlog Lesung
Kabupaten Bantul memang kaya akan kesenian tradisional. Sejumlah seni tradisional bahkan melekat pada berbagai upacara ritual yang terus dikembangkan oleh masyarakat setempat. Seperti upacara Merti Deso, Labuhan, Jaladri dan sebagainya.

            Salah satu seni tradisional yang berkembang adalah seni Gejog Lesung. Bila kita hanya mendengar dari kejauhan suara :”thok – thek – thok – thok – thek – thok – dug”. Itu adalah suara alu atau alat dari kayu yang dipukul-pukulkan secara teratur pada kayu besar yang dibuat seperti perahu, yang dinamai lesung. Pada umumnya, lesung dibuat dari kayu nangka atau munggur. Kalaupun masih ada yang memiliki lesung, usianya rata-rata di atas 30 tahun.

            Lesung, sebenarnya digunakan oleh rakyat desa untuk memisahkan padi dari tangkai-tangkainya, setelah panen raya tiba. Caranya, padi kering dimasukkan ke dalam lesung, kemudian ditumbuk dengan alu secara berirama. Setelah jaman kian maju, membersihkan padi dengan lesung ditinggalkan, karena dinilai kurang dapat memperoleh hasil yang banyak.

            Kini, lesung tetap dilestarikan sebagai seni tradisional. Suara alu yang dipukul-pukulkan pada lesung secara berirama itulah letak seninya. Penabuhnya sekitar lima sampai enam orang. Untuk memunculkan variasi suasana, kini suara lesung dipadukan dengan nyanyian tradisonal, yang dibawakan secara grup. Ada sekelompok orang yang nembang atau menyanyi sambil lenggak-lenggok menari; ada pula kelompok yang lain menari, meliak-liukkan tubuhnya sambil sekali-kali berputar-putar; sebagaimana layaknya menari dengan iringan gamelan lengkap.

Keunikan keunikan Lesung
o   Pada setiap bagianya memiliki bunyi yang berbeda
o   Berusia puluhan tahun sehingga terkesan kuno dan tradisional
o   Memiliki suara yang sangat berpadu
o    Dapat digunakan untuk mengiringi tarian dan tetembangan



Galeri










Ibu-ibu yang sedang memainkan Lesung


Warga desa memainkan lesung bersama-sama



 






Lesung yang sudah berusia tua
Warga desa beramai-ramai memainkan lesung
Bentuk asli Lesung

0 komentar:

Posting Komentar